Senin, 12 Desember 2016

Angeun Kacang

Sayur Kacang (photo courtesy cookpad)

Angeun Kacang atau biasa kita kenal sebagai Sayur Kacang Merah adalah salah satu menu "wajib" dalam kuliner Sunda selain Angeun Lodeh. Sayur ini memang simple, hanya terdiri dari kacang merah dan daging sapai/tetelan, rempah yang digunakan pun tidak terlalu tajam. Kalau kita cicipi kuahnya, rasa khasnya adalah sedikit asam dari asam Jawa dan gurih yang berasal dari tetelan.

Yuk, langsung saja siapkan bahan-bahannya;

  • 300gr kacang merah
  • 200gr daging sapi/tetelan
  • 4 siung bawang merah
  • 2 siung bawang putih
  • 3 lembar daun salam
  • 2 gumpal asam Jawa
  • 1 butir besar tomat
  • 2 sdm gula merah
  • 1 ruas lengkuas, geprek
  • 1 ikat kecil daun bawang, iris kasar
  • 1 sdt terasi (kalau suka)
  • garam dan penyedap secukupnya

Didihkan air kira-kira 3/4 panci ukuran sedang, potong dadu daging sapi, rebus hingga matang, masukkan kacang  merah dan rebus hingga lunak, tambahkan bawang merah, bawang putih, terasi, garam dan gula merah yang sudah diulek, jangan lupa lengkuasnya. Terkahir masukkan tomat yang sudah dipotong-potong, irisan daun bawang dan penyedap (kalau suka).

Sajikan dengan nasi panas, ikan goreng, kerupuk dan sambal.

Coba juga menu sayur khas Sunda lainnya, Angeun Lompong. 

Kamis, 08 Desember 2016

Nasi Cikur

Nasi Cikur dan lauknya. (photo courtesy kikibandungtransport)

Pernah mendengar Nasi Cikur Warung Inul? Beberapa waktu yang lalu, di Bandung tempat ini pernah menjadi sangat hits. Anda yang bosan dengan menu nasi yang itu-itu saja, barangkali bagai menemukan mutiara diantara tumpukan jerami, hehe. Sajian Nasi Cikur Inul sebetulnya tidak beda dengan menu masakan Sunda pada umumnya. Kita bisa jumpai Pais Hayam, Pais Peda, Oseng Kangkung, Selada Air dan lain-lain. Lokasi Warung Inul juga sangat mendukung kenyamanan dan kenikmatan kita bersantap, ada di dataran tinggi Dago tepat di kawasan Dago Resort, Anda bisa makan sekaligus refresh menghilangkan kepenatan. 

Nasi Cikur memang terlihat sederhana, tapi bila sudah dicicipi pasti ketagihan, karena aroma nasi dan bawang gorengnya begitu menggoda. Cikur atau kencur memang bukan barang baru dalam dunia rempah, tetapi saat dikombinasikan dengan sempurna bersama nasi, kita bagai menemukan sebuah candu baru. Menurut informasi yang saya dapat, Nasi Cikur pertama kali diperkenalkan oleh masyarakat Tasikmalaya selain Tutug Oncom.

Bahan pembuatan Nasi Cikur ini sangat sederhana, yuk siapkan bahan-bahan berikut;
  • 2 piring nasi putih, dinginkan sejenak
  • 3 siung bawang merah
  • 1 siung bawang putih
  • 1 ruas jari kencur (cikur)
  • 1/2 batang terasi matang (kalau suka)
  • Beberapa buah cabai rawit (jumlahnya sesuai selera), iris tipis
  • Garam secukupnya
  • Minyak untuk menumis secukupnya
Haluskan bawang merah, bawang putih, kencur, terasi, hingga halus. Panaskan minyak, tumis bumbu halus hingga wangi, kemudian masukkan nasi, aduk. Terakhir, tambahkan garam dan cabai rawit iris, aduk kembali hingga rata, lalu angkat dan sajikan.

Paling pas, Nasi Cikur ini dinikmati bersama sambal tomat pedas, lalapan, oseng Selada Air dan Pais Hayam/Pais Peda. Duhhhh, jadi lapar.

Rabu, 07 Desember 2016

Tutut

Tutut (photo courtesy wikipedia)

Tutut atau disebut juga Keong Sawah, Keong Gondang, Siput Sawah atau Siput Air. Tutut memiliki warna cangkang hijau pekat hingga kehitaman. Masyarakat Sunda biasanya mengolah Tutut menjadi Sayur Tutut Bumbu Kuning atau digoreng kering. 
Dalam ilmu biologi hewan ini masuk ke dalam kelompok Operculata yang hidup di perairan dangkal yang berdasar lumpur serta ditumbuhi rerumputan air dengan aliran air yang lamban, misalnya sawah, rawa-rawa, pinggir danau dan pinggir sungai kecil. Binatang ini lebih menyukai perairan yang airnya jernih dan bersih. Ada dua jenis dari marga Bellamya yang hidup di sawah, yaitu Tutut Jawa (Bellamya Javanica) dengan sebaran di Thailand, Kamboja, Malaysia, Indonesia (kecuali Papua) dan Filipina, dan Tutut Sumatera (Bellamya Sumatrensis) yang sebarannya mencakup Thailand, Kamboja, Malaysia, Indonesia (Sumatera & Jawa).
Tutut memiliki tinggi cangkang sampai 40 mm dengan diameter 15–25 mm, bentuknya seperti kerucut membulat dengan warna hijau kehitaman atau kuning kehijauan. Puncak cangkang agak runcing, tepi cangkang menyiku tumpul pada yang muda, jumlah seluk 6-7, agak cembung, dengan seluk akhir besar. Mulut membundar, tepinya bersambung, tidak melebar, umumnya hitam. Operculum agak bundar telur, tipis, agak cekung, coklat kehitaman. Sebagaimana anggota Ampullariidae lainnya, ia memiliki operculum, semacam penutup/pelindung tubuhnya yang lunak ketika menyembunyikan diri di dalam cangkangnya.
Menurut Positive Deviance Resource Centre, Tutut mengandung kandungan protein 12% , kalsium 217 mg, rendah kolesterol, 81 gram air dalam 100 gram Tutut, dan sisanya mengandung energi, kalsium, karbohidrat, serta fosfor. Kandungan vitamin pada Tutut cukup tinggi, dengan dominasi vitamin A, E, niacin dan folat. Tutut juga mengandung zat gizi makronutrien berupa protein dalam kadar yang cukup tinggi pada tubuhnya. Berat daging satu ekor Tutut dewasa dapat mencapai 4-5 gram. Selain makronutrien, tubuh Tutut juga mengandung mikronutrien berupa mineral, terutama kalsium yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Dengan pengelolaan yang tepat, tutut dapat dijadikan sumber protein hewani yang bermutu dengan harga yang jauh lebih murah daripada daging sapi, kambing atau ayam. Meskipun demikian, kewaspadaan perlu diberikan karena Tutut adalah inang dari beberapa penyakit parasit. Selain itu, hewan yang diambil dari dekat persawahan dapat menyimpan sisa pestisida di dalam tubuhnya.

Anda yang penasaran dengan olahan Tutut bisa datang ke Tutut Mang Oded di Jl. Rereng Adumanis No. 49, Sukaluyu Bandung atau Nasi Bancakan Jl. Trunojoyo No. 62 Bandung.

Selasa, 06 Desember 2016

Kueh Bandros

Bandros (photo courtesy pariwisatabandung)

Bandros yang satu ini bukan Bandung Tour on The Bus, tetapi Bandros berupa jajanan tradisional yang tetap bertahan hingga kini. Bandros terbuat dari tepung beras dan santan, sangat populer di kalangan warga Bandung dan Jawa Barat pada umumnya. Kue lembut bercita rasa asin gurih ini biasanya menjadi pilihan untuk teman minum teh atau kopi di pagi atau sore hari. 

Bentuk Bandros sekilas mirip kue Pukis, karena memang kue ini dibuat dengan menggunakan cetakan yang sama. Kalau diperhatikan, kue Bandros ini sebenarnya ada dan tersebar juga di daerah lain, tapi memiliki nama yang berbeda-beda. Di Jakarta, kue ini disebut kue Pancong, sedangkan di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta dikenal dengan sebutan kue Rangi, tetapi di Bojonegoro biasa disebut kue Tratak Jaran, dan di Bali disebut Haluman atau Daluman.

Bahan kue Bandros begitu sederhana, mari kita langsung praktekkan saja. Siapkan tepung beras dan buah kelapa yang tidak terlalu tua, kupas kulitnya lalu diparut panjang, peras sedikit agar lebih kering, siapkan juga garam dan santan. Bagi tepung beras menjadi dua, satu bagian dicampur dengan garam dan santan, juga kelapa yang sudah diparut. Masak dengan api sedang, aduk hingga mengental. Angkat dan campurkan dengan tepung beras yang tersisa, maka jadilah adonan Bandros setengah jadi. Siapkan cetakan, jangan lupa diolesi dulu dengan minyak goreng atau margarin. Masukkan adonan ke dalam cetakan, perlu waktu 3 hingga 5 menit hingga Bandros matang. Jika kulit terluar Bandros sudah berubah kecoklatan, angkat.

Bandros tradisional bisa kita jumpai biasanya di sekolah-sekolah, pasar atau tempat keramaian lainnya. Beberapa penjual Bandros kekinian mulai memodifikasi Bandros yang mereka jual dengan menambahkan aneka topping seperti meses, keju, susu dan sebagainya untuk menarik minat pelanggan. Anda yang tidak punya banyak waktu membuat Bandros sendiri bisa langsung saja datang ke Jl. Cisangkuy No. 66 tepat di depan Cafe Yogurt Cisangkuy, pilih Bandros tradisional atau modifikasi, duduk dan minum yogurt sambil menikmati udara sejuk kota Bandung di bawah rindangnya pepohonan. 

Senin, 05 Desember 2016

Pencok Kacang Panjang

Pencok Kacang Panjang (photo courtesy rumahsambel)
Melihat fotonya saja, begitu menggiurkan, orang Sunda bilang, ngaruy. Memang, Pencok Kacang Panjang ini terlihat enak, pedas dan fresh banget karena masakan ini disajikan mentah, sama seperti Karedok.

Menu ini agak sulit ditemukan di rumah makan atau restoran Sunda. Jadi tidak ada salahnya kita coba untuk membuatnya sendiri. Siapa tahu dengan seringnya Anda praktek membuat Pencok Kacang Panjang, satu saat bisa membuka rumah makan Sunda sendiri, dan Pencok menjadi menu andalannya. Yuk siapkan bahan-bahannya;
  • 1 ikat kecil kacang panjang , potong 2 cm
  • 6 bh cabe rawit/sesuai selera
  • 3 siung bawang merah
  • 2 ruas jari kencur
  • 1 ruas jari terasi, bakar
  • 1/2 sdt garam
  • 1/2 sdt gula merah
Haluskan cabe rawit, bawang merah, kencur, dan terasi. Tambahkan garam dan gula. Lalu masukkan kacang panjang ke dalam ulekan sambel tadi sambil diulek kasar. 
Sajikan dengan nasi hangat.